Apa itu bioteknologi roti? Bioteknologi merupakan sebuah cabang ilmu berupa pemanfaatan organisme hidup maupun produk dari organisme hidup tersebut agar bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Salah satu penerapan bioteknologi yang sudah ada bahkan sejak jaman kuno yaitu pembuatan roti.

Dalam pembuatan roti memang melibatkan mikroorganisme berupa ragi yang memang menjadi bentuk bioteknologi paling dasar serta telah mengalami perkembangan pesat dari waktu ke waktu. Roti yang menjadi makanan pokok di berbagai negara merupakan hasil dari sebuah proses fermentasi yang menggunakan ragi agar dapat menghasilkan gas serta mengembangkan adonan.

Di sisi lain, perkembangan bioteknologi roti modern juga sudah berhasil menghasilkan berbagai inovasi baru dalam proses pembuatan roti. Ini berkaitan dengan proses fermentasi, penggunaan bahan, sampai kualitas rasa dan nutrisi.

Sejarah Pembuatan Roti & Bioteknologi

Bioteknologi Roti

Sejarah bioteknologi teknologi bisa ditelusuri berdasarkan jejak ribuan tahun lalu saat manusia untuk pertama kalinya menemukan proses fermentasi. Memang pada waktu itu mereka belum benar-benar memahami seperti apa prinsip ilmiah di baliknya, tapi orang Mesir kuno telah memakai ragi di dalam proses pembuatan roti sejak 4000 tahun yang lalu.

Ragi merupakan mikroorganisme bersel satu dari Kingdom Fungi atau jamur yang memang secara alami terdapat di lingkungan. Di waktu tersebut, manusia sudah mulai menyadari bahwa penambahan ragi pada roti mampu membuat roti mengembang serta punya tekstur lebih lembut.

Proses fermentasi melibatkan ragi untuk mengubah gula ke karbon dioksida serta alkohol. Nanti karbon dioksida yang punya peran untuk membentuk gas di dalam adonan, sehingga mengakibatkan roti dapat mengembang. Teknologi fermentasi semacam ini terus mengalami perkembangan sampai ke masa seperti saat ini.

Penggunaan Enzim di dalam Bioteknologi Roti

Selain ragi, enzim punya peran penting di dalam proses pembuatan roti. Ini merupakan protein yang berfungsi sebagai katalis di dalam reaksi kimia, sehingga dapat mempercepat proses yang berlangsung di dalam adonan.

Tepung memiliki kandungan enzim alami seperti protease dan amilase. Untuk amilase akan berperan sebagai pemecah pati hingga menjadi gula yang selanjutnya bisa dimakan ragi. Lalu protease akan membantu di dalam memecah protein untuk bisa meningkatkan elastisitas gluten.

Akan tetapi, di dalam bioteknologi modern ternyata enzim juga sering ditambahkan agar dapat memperbaiki kualitas adonan serta produk akhir. Contohnya, lipase dan xilanase ditambahkan agar bisa meningkatkan volume serta tekstur roti. Kemudian gluko-oksidase akan membantu memperkuat jaringan gluten yang menjadikan roti mampu mempertahankan gas secara lebih baik.

Bioteknologi Modern di dalam Pembuatan Roti

Bioteknologi Roti

Perkembangan di dalam bioteknologi roti modern sudah mengubah cara dan proses pembuatan roti. Bukan sekadar dari segi efisiensi produk, melainkan inovasi bahan serta kualitas produk akhir. Berikut beberapa terobosan di dalam bioteknologi roti antara lain:

1. Modifikasi Genetik Ragi

Selama beberapa dekade terakhir, ilmuan telah melakukan modifikasi genetik terhadap ragi agar dapat meningkatkan kinerjanya di dalam proses fermentasi. Contohnya, ragi yang dimodifikasi secara genetik bisa menghasilkan lebih banyak gas karbon dioksida pada waktu lebih singkat.

Hal ini akan mempercepat proses pengembangan adonan. Kemudian  ragi rekayasa genetik bisa juga dirancang agar tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Misalnya suhu yang terlalu ekstrem maupun tingkat keasaman lebih tinggi yang umumnya akan menghambat aktivitas fermentasi.

2. Pengembangan Tepung Pada Karakteristik Khusus

Penggunaan bioteknologi roti modern juga sudah diterapkan pada tanaman gandum yang merupakan bahan utama untuk membuat tepung terigu. Tanaman gandum yang sudah dimodifikasi secara generik akan mampu menghasilkan biji-bijian yang punya kandungan gluten lebih tinggi maupun lebih rendah, menyesuaikan kebutuhan.

Hal tersebut membuat proses pembuatan roti bisa dilakukan berdasarkan tekstur serta karakteristik yang diinginkan. Misalnya roti bebas gluten yang saat ini populer dan memang punya intoleransi terhadap gluten.

3. Roti Fungsional & Peningkatan Nilai Gizi

Lewat bioteknologi, roti bukan sekadar merupakan sumber karbohidrat melainkan bisa ditingkatkan nilai gizinya. Terdapat tren di dalam bioteknologi pangan yaitu pengembangan makanan fungsional. Ini adalah makanan yang bukan hanya memberi nutrisi dasar melainkan punya manfaat kesehatan tambahan.

Untuk konteks roti, ini bisa melibatkan penambahan serat, probiotik, vitamin, maupun mineral di dalam adonan. Adapun roti yang diperkaya kandungan tersebut bukan hanya lebih sehat, melainkan bisa dikonsumsi sebagai bagian dari program diet seimbang dan mendukung kesehatan pencernaan. Selain itu, kandungan tersebut juga mampu meningkatkan imunitas serta membantu mengontrol kadar gula darah.

4. Penggunaan Kultur Mikroba Lain

Mikroorganisme selain ragi yang biasa digunakan adalah bakteri asam laktat. Mikroorganisme tersebut mulai digunakan untuk bisa menghasilkan produk dengan ciri khas rasa serta tekstur unik. Contohnya pada roti sourdough, di mana bakteri asam laktat digunakan untuk memberi rasa asam khas serta membantu proses fermentasi lebih lambat daripada menggunakan ragi biasa. Perpaduan mikroba tersebut, memungkinkan terjadinya diversifikasi dalam produk roti yang beredar di pasaran.

Baca Juga : Roti Tawar Bulat: Proses Pembuatan, serta Ragam Penyajiannya

Tantangan di dalam Menerapkan Bioteknologi Roti

Bioteknologi Roti

Meskipun bioteknologi roti sudah memberi banyak keuntungan, tapi terdapat beberapa tantangan yang memang perlu diatasi. Satu di antara beberapa tantangan tersebut yaitu resistensi konsumsi pada produk dari hasil rekayasa genetika.

Meskipun modifikasi genetik terhadap ragi maupun bahan lain mampu meningkatkan efisiensi serta kualitas produksi, ternyata masih terdapat kekhawatiran di masyarakat mengenai dampak jangka panjang terkait kesehatan dari mengonsumsi produk tersebut.

Belum lagi dengan aturan ketat yang diterapkan di beberapa negara berkaitan dengan penggunaan bioteknologi pangan. Regulasi tersebut membuat pengembangan serta pemasaran produk cenderung lebih kompleks. Para pebisnis harus mematikan produk yang dihasilkan aman dikonsumsi serta punya standar keamanan pangan berlaku untuk memberi rasa kepercayaan terhadap konsumen yang ingin mengonsumsinya.

Masa Depan Bioteknologi di dalam Pembuatan Roti

Bioteknologi Roti

Perkembangan bioteknologi terus membuka peluang baru. Saat ini sedang mulai dikembangkan bioteknologi agar dapat mengurangi dampak lingkungan terkait produksi pangan. Peneliti sudah mulai mengembangkan ragi agar lebih efisien di dalam penggunaan energi serta air dalam proses fermentasi.

Terdapat juga usaha untuk memanfaatkan sisa dari produksi industri roti berupa roti yang sudah tidak dijual atau limbah adonan agar bisa diolah kembali hingga menjadi produk baru. Namun produk tersebut bukan diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia melainkan untuk tujuan lain, misalnya pakan ternak.

Teknologi fermentasi serta bioteknologi terus mengalami evolusi demi menghasilkan roti lebih sehat. Ini termasuk bagaimana memproduksi roti dengan memanfaatkan sedikit sumber daya alam serta energi. Akan tetapi, produk yang dihasilkan berkualitas.

Jadi, bioteknologi punya peran sangat penting dalam perkembangan roti. Ini dimulai sejak penggunaan ragi di jaman kuno sampai penerapan teknologi modern sehingga produksi roti menjadi lebih efisien, bervariasi, dan bergizi. Akan tetapi, akan selalu ada tantangan misalnya berupa resistensi konsumen akan produk rekayasa genetik serta aturan yang ketat dalam menerapkan bioteknologi secara lebih luas pada masa mendatang.

×
Search

We offer something different to local and foreign patrons and ensure you enjoy a memorable food experience every time.

Search

We offer something different to local and foreign patrons and ensure you enjoy a memorable food experience every time.