Danish dan croissant merupakan 2 pastry yang sangat populer dan bisa Anda temukan dengan mudah di banyak toko seluruh dunia. Meski keduanya masih tergolong pastry berlapis alias laminated pastry serta punya tampilan hampir sama, tapi keduanya mempunyai beberapa perbedaan mendasar. Perbedaan danish dan croissant biss Anda lihat berdasarkan tekstur, teknik pembuatan, bahan, dan lain-lain.
Artikel ini akan menjelaskan apa saja perbedaan keduanya. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah saat mengidentifikasi mana yang termasuk danish dan croissant.
Inilah Perbedaan Danish dan Croissant
![perbedaan danish dan croissant](https://rotienak.com/wp-content/uploads/2024/12/perbedaan-danish-dan-croissant-3-1024x597.jpg)
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa perbedaan keduanya akan dibagi ke dalam beberapa kategori, seperti bahan, teknik pembuatan, tekstur, dan sebagainya.
1. Perbedaan Berdasarkan Bahan
Bahan Croissant
Resep croissant cenderung sederhana, untuk bahan utamanya antara lain:
- Tepung terigu serbaguna
- Gula
- Ragi
- Garam
- Susu atau air
- Mentega
Berbeda dengan danish, croissant umumnya tidak memakai telur dalam adonannya. Meskipun memang telur bisa Anda gunakan untuk egg wash atau sebagai olesan pada permukaan croissant sebelum Anda memanggangnya sehingga akan memberi nuansa kilauan.
Bahan Danish
Untuk danish, bahan-bahannya cenderung lebih beragam, yaitu:
- Tepung terigu serbaguna
- Garam
- Gula
- Telur
- Susu atau air
- Ragi
- Mentega
Telur merupakan bahan utama untuk adonan danish untuk memberi rasa lebih kaya serta tekstur lebih padat daripada croissant. Bukan hanya itu, danish umumnya menggunakan isian atau topping dari bahan-bahan berupa buah, krim keju, almond, dan custard sehingga memberi kompleksitas rasa.
2. Perbedaan Berdasarkan Teknik yang Digunakan
![perbedaan danish dan croissant](https://rotienak.com/wp-content/uploads/2024/12/perbedaan-danish-dan-croissant-1024x597.jpg)
Teknik dalam membuat croissant dan denish melibatkan proses laminasi. Nanti adonan akan dilipat berulang kali menggunakan lapisan mentega sehingga akan menghasilkan struktur berlapis. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan penting selama proses ini.
Teknik Croissant
Pembuatan croissant umumnya melibatkan proses laminasi sangat presisi sehingga akan menghasilkan tekstur renyah, ringan, dan berlapis. Adonan akan dilipat sebanyak beberapa kali menggunakan lapisan mentega.
Biasanya proses ini akan menghasilkan setidaknya 27 lapisan (dengan lipatan tiga kali). Untuk croissant tradisional tidak menggunakan isian, meskipun untuk versi modernnya sudah memakai isian misalnya almond atau cokelat (pain au chocolate).
Teknik Danish
Danish pastry menggunakan laminasi, tapi adonannya cenderung lebih lembut dikarenakan adanya kandungan telurnya lebih tinggi. Selain itu, danish pastry kerap dibuat dengan bentuk yang dekoratif. Misalnya berbentuk bintang, spiral, maupun amplop.
Ada juga yang memberi isian dengan beragm macam buah. Ketika sudah diberi isian, danish kerap diberi glasir alias taburan gula ketika sudah dipanggang untuk memberi tambahan rasa manis.
3. Perbedaan berdasarkan Tekstur dan Rasa
Perbedaan danish dan croissant berdasarkan teknik dan bahan menghasilkan perbedaan tekstur serta rasa secara signifikan di antara keduanya.
Tekstur Croissant
Croissant mempunyai tekstur sangat ringah, crunchy di luar, berongga di dalam. Ketika Anda gigit, lapisan tipis pada croissant akan memberi sensasi renyah memuaskan. Untuk rasanya lebih netral dengan tambahan sedikit manis. Hidangan ini sangat cocok untuk Anda padukan dengan mentega, selai, maupun isian gurih berupa keju maupun ham.
Tekstur Danish
Danish pastry mempunyai tekstur sedikit lebih padat daripada croissant, tapi asih tetap lembut serta berlapis. Untuk rasanya juga lebih kaya dikarenakan penggunaan telur serta gula di dalam adonan. Lalu untuk topping dan isiannya kerap dengan sentuhan rasa manis maupun gurih lebih dominan, menyesuaikan bahan yang Anda gunakan.
4. Variasi dan Penyajian
![perbedaan danish dan croissant](https://rotienak.com/wp-content/uploads/2024/12/perbedaan-danish-dan-croissant-2-1024x597.jpg)
Variasi croissant maupun danish juga merupakan faktor pembeda di antara keduanya. Perbedaannya pun juga cukup signifikan.
Variasi Croissant
Untuk croissant umumnya disajikan dalam bentuk yang klasik, yaitu berbentuk bulat sabit. Ada juga yang menyajikannya sebagai croissant dengan memakai isian cokelat alias pai nau chocolate. Versi lainnya yaitu croissant yang memakai taburan kacang almond atau croissant almond maupun croissant gurih dengan isian berupa ham, keju, atau sayuran.
Variasi Danish
Danish pastry punya lebih banyak variasi isian dan bentuk daripada croissant. Di bawah ini beberapa bentuk variasi yang umum:
- Spiral: menggunakan isian berupa kismis atau kayu manis.
- Amplop: umunya menggunakan isian dari custard atau buah.
- Bintang: menggunakan isian pada bagian tengah serta ujung-ujung berlapis.
Isian danish bisa juga berupa selai buah, krim keju, custard, cokelat, potongan buah segar, maupun kacang-kacangan seperti pistachio atau almond. Tidak jarang danish juga diberi icing atau glasir gula agar semakin memberi daya tarik secara visual dan rasa.
Baca Juga : Proofing Adalah: Proses Penting dalam Pembuatan Roti
5. Perbedaan Danish dan Croissant berdasarkan Penyajian dan Budaya
Perbedaan keduanya juga bbisa berkenaan dengan perannya di dalam budaya kuliner maupun penyajiannya. Berikut pembahasan selengkapnya:
Croissant pada Budaya Perancis
Croissant telah menjadi simbol sarapan yang elegan di Perancis. Masyarakat di negara tersebut memang kerap menyajikan croissant dengan cokelat panas atau kopi sebagai bagian dari menu sarapan sederhana.
Selain itu, karena mempunyai rasa yang netral, hidangan ini bisa Anda nikmati dengan beragam pendamping, seperti selai, mentega, sampai isian gurih.
Danish pada Budaya Denmark & Internasional
Danish pastry telah menjadi bagian krusial dalam budaya kuliner yang ada di Denmark, bahkan populer secara internasional. Masyarakat di negara Denmark kerap menyebut danish sebagai wienerbrod atau roti Wina.
Istilah tersebut merujuk asal-usulnya yang dari Wina, Austria. Biasanya danish akan disajikan sebagai camilan manis maupun bagian dari brunch. Dengan rasa serta variasinya yang beragam, danish pastry kerap dianggap camilan spesial atau dessert dibandingkan bagian dari menu sarapan sehari-hari.
6. Popularitas Danish dan Croissant
![perbedaan danish dan croissant](https://rotienak.com/wp-content/uploads/2024/12/perbedaan-danish-dan-croissant-1-1024x597.jpg)
Baik croissant maupun danish pastry sudah mendapatkan popularitas secara global. Namun keduanya mempunyai jalur yang relatif berbeda untuk bisa mencapai status tersebut.
Croissant
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa croissant merupakan simbol kuliner Prancis dan diakui seluruh dunia. Ketika Anda menjumpai croissant di mana pun akan langsung dihubungkan dengan budaya Perancis. Popularitas hidangan ini sudah mendorong berbagai inovasi, seperti croissant charcoal, croissant matcha, serta croissant hybrid yang merupakan kombinasi antara croissant dengan donat yang dinamakan cronut.
Danish
Meskipun danish pastry juga mendapatkan popularitas secara global, tapi cenderung lebih banyak diasosiasikan dengan variasi topping dan rasa yang beragam. Di beberapa negara seperti AS, danish kerap menjadi bagian menu toko kafe dan roti, di mana rasanya akan disesuaikan selera masyarakat lokal, misalnya apple danish atau blueberry cream cheese danish.
Jadi, meskipun keduanya terlihat sama tapi ada beberapa perbedaan danish dan croissant yang bisa Anda cermati. Perbedaan tersebut mencakup beragam aspek, mulai bahan, tekstur, rasa, teknik pembuatan, sampai perannya di dalam budaya kuliner.
Keduanya pun juga merupakan bukti nyata dari keahlian pastry yang ada di Eropa. Bagaimana sebuah hidangan yang mampu menawarkan rasa unik untuk para pecinta roti di berbagai negara. Lalu apakah Anda lebih suka croissant sederhana serta elegan atau danish dengan rasa manis serta penuh variasi? Semuanya kembali ke selera masing-masing.